Dear Tuhan yg baik..
Mungkin sudah banyak Kau dengar ratap tangis memohon kepadaMu untuk hari ini, bercampur menyatu dalam ruang dan waktu yang tak terbatas di angkasa raya milikMu..
Dan ada ratapanku..
Seharusnya yang tersedih, karena aku yang paling menderita, aku yang muda sempurna tapi tak memiliki siapapun di dunia ini, bahkan walau hanya seorang kekasih..
Ternyata tidak..
Bukan ratapanku yang paling menyayat hati, aku mendengar tangis pilu seorang ibu tua yang harus kehilangan bayinya padahal sudah menunggu kehadiran sang bayi sampai usia senja..
Engkau hanya menitipkan padanya beberapa bulan dan mengambilnya begitu saja..
Menurutku itu kejahatan Tuhan..
Engkau memberi harapan palsu pada ibu tua itu, memberinya kehamilan di usia senja, membiarkannya memilikinya selama sembilan bulan dan ketika saatnya melahirkan, Engkau membiarkan proses melahirkan itu terjadi dengan alami dan sempurna..
Tangis
pertama bayi itu membuat semua telinga memerah menahan pekak, menciptakan lonjak bahagia di hati si ibu tua..
Kemudian sepi..
Kemudian ratap tangis pilu menyayat hati..
Aku juga mendengar tangisan terisak seorang bapak yang..belum terlalu tua sebenarnya..
Dia menangisi kemiskinan yang Kau takdirkankan untuknya..
Kenapa Tuhan..??
Seharusnya Engkau menjaga wibawanya sebagai kepala keluarga dengan mengubah takdirnya..
Dia hanya ingin mampu membeli cukup beras untuk kemudian di masak istrinya supaya bisa di santap tiga malaikat ciliknya yang..rasa rasanya tak pernah mengenal kata kenyang..
Dia memohon penuh air mata kepadaMu supaya di lancarkan rezekinya, diberi kemudahan, di limpahkan berkat dariMu yang Maha penyayang.
Lelaki itu bahkan merayuMu sambil bersujud memohon belas kasihMu..
Berharap hatiMu melembut dan mau mengabulkan permohonannya..
Astaga Tuhan..
Tak tersentuhkah Engkau..
Aku mendengar banyak lagi ratapan dan melihat air mata, semua bercampur tak menentu, tak terurus, tak teralur..
Engkau membiarkannya seolah olah tak perduli, tak punya belas kasihan..
HatiMu dingin..
Aku mulai meragukanMu..
Walau aku masih bersaat teduh memuji dan memuliakan namaMu..
Berusaha menjaga nyala api pada ujung sumbu yang semakin lama semakin goyang tertiup angin..
Ini agak membuatku merasa tak yakin..
Aku mulai mempertanyakanMu..
Tuhan..
Engkau membiarkan seseorang melukai hatiku, membuatku merasa duniaku hancur, membiarkan aku menangis berhari hari, rasa sakit di hatiku mulai menjalar memenuhi sela sela nadiku..
Aku terpuruk kesakitan dan Engkau tidak perduli..
Aku bertanya kepadaMu, kenapa dan mengapa..
Tak pernah terjawab..
Tapi aku masih bertahan untuk mempercayaiMu..
MerayuMu dengan linangan air mataku, dengan sedu sedan pilu
Tuhan kasihanilah aku..
Tuhan kasihanilah aku..
Dan aku merasa diabaikan..
Hari berganti Minggu..
Aku masih aku yang dulu..
Berdoa kepadaMu..
Memuji Mu..
Mempertanyakan imanku..
Aku tetap mengunjungi rumahMu seperti biasanya, bernyanyi untukMu, melayaniMu, berusaha menyenangkanMu semampuku..
Tetap masih bertanya apakah Engkau masih ingat pernah menciptakanku, menulis takdirku hingga tamat atau sekedarnya saja..
Hari masih berlalu dan aku masih terluka..
Aku bertemu dg seorang nenek tua, dia duduk di sampingku, menganggukkan kepalanya pelan tanda menyapaku.
Aku membalasnya dengan tersenyum, menggeser dudukku walaupun tempat yang tersisa masih cukup luas untuk kami berdua.
Nenek itu membuka bungkusan nasi makan siangnya, menawariku yang kubalas dengan ucapan terima kasih.
Hanya 2 suap saja dia memakan nasi bungkus makan siangnya, dia membungkus lagi sisa nasinya dengan hati-hati, menyimpanya kembali ke dalam tas plastik nya, mengeluarkan air minum botolnya dan meminumnya seteguk lalu menyimpannya bersama nasi bungkusnya..
Aku masih diam berpura pura sibuk dengan diamku, mendengarkan si nenek menghela nafas dan mengucap syukur kepada Tuhan...
Astaga Tuhan..
Cerita macam apa yang Kau tulis ini..?
Menyengsarakan banyak orang padahal mereka masih setia memujiMu..
Yang benar saja..
Aku tersenyum masam pada ujung langit yang mampu kulirik..
Malam hari datang dan aku duduk diam memikirkanMu, memikirkan hidupku yang Kau permainkan, memikirkannya yang Kau ijinkan melukai hatiku..
Apa mauMu Tuhan..
Aku melihat banyak orang baik yang hidupnya Kau kacaukan, orang - orang itu begitu setia berdoa, mengucap syukur untuk hidupnya, dan berterima kasih untuk semua yang Kau beri..
Engkau memberi apa..??
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, hingga nyaris di penghujung tahun..
Aku masih di sini..
Aku masih sehat, berkarya, menikmati hidup, menikmati yang bisa ku tertawakan, menikmati air mata, menikmati berjuta warna, menikmati...
Astaga..
Aku begitu sempurna menikmati hidupku..
Aku mungkin patah hati, tapi masih ada teman- teman yg menghiburku, aku tak sendiri, bahkan tak pernah sendiri..
Aku mungkin kehilangan, tapi selalu ada yang lain yang bisa kutemui..
Aku memang terluka, tapi toh aku masih di mampukan untuk pulih..
Aku mungkin kesepian, aku hancur, aku menderita, aku..
Aku tau..
Aku memang harus merasakan segala badai dan topan supaya aku mampu berdiri kokoh dan..mungkin tidak cengeng..
Entahlah..
Aku hanya seperti merasa ada ”sesuatu” yg selalu bersamaku..
Mataku mulai melihat banyak hal..
Ibu yang kehilangan bayi itu mungkin memang bersedih hati, tapi kemudian kulihat dia mampu tersenyum..
Lelaki kepala keluarga itu mungkin memang kelelahan mencari nafkah untuk keluarganya, toh sampai saat ini dia tetap bekerja ini dan itu, tetap berharap dia mampu membeli beras untuk istri dan makaikat- malaikat kecilnya..
Nenek tua itu..astaga..
Untuk dirinya saja dia masih harus berhemat tapi dia tetep mau menawariku makan siangnya..
Mereka tetap melakukan yang sebenarnya bisa saja atau boleh boleh saja mereka tidak melakukannya..
Dan aku..??
Kerjaku hanya meratap ratap kesusahan, mengomeliMu walau hanya berani bersuara lirih, bertanya tentangMu walau tak ku utarakan langsung..
Duh Gusti..
Betapa ternyata jiwaku kerdil..
Sungguh ampunMu yang kuharap saat ini..
Apa jadinya aku tanpa ”sesuatu”Mu itu..
Sungguh layak dan sepantasnyalah Tuhan,