Tuesday, 4 March 2014

Dear End.....

Lihatlah pasir di padang gurun yang tengah berbisik halus dan nyaris tak terdengar, namun ia mencoba menuturkan batapa ia bahagia dengan keasingan padang pasir dan kesendirian abadi, menanti para pengelana manapakinya sopan dan hanya melaluinya.

Walau setiap akhir, hanyalah awal bagi cerita yang baru, namun ini semoga tak selalu sia-sia....



Dear End...

Saat kami pernah berada di sudut sebuah taman di samping gereja Salib Suci.. Dia pernah meremas segenggam pasir dan menjatuhkannya ke tanah. Dia bilang, cinta ibarat sekumpulan pasir yang berada di permukaan telapak tangan. Ia akan terburai bila terlalu keras di genggam, maka ia hanya perlu dijaga dengan kesabaran dan ketulusan.



hmmm...

Biasanya bila hujan seperti ini, aku telah meringkuk dalam pelukannya. Hangat dan membahagiakan...



Dia pernah bilang, aku harus membiasakan diri dengan perubahan mendadak.



Sayapku patah sejak berlalunya satu musim kemarin, seolah ia memang hadir untuk pergi...



End..

Dia yang membuatku mengemasnya agar lukaku tak terlalu lebar, dan perih ini tak terlalu merah...



Kamu tau...

Rasanya baru kemarin dia kembali lagi padaku, kemudian mengajakku menari dan berlari, tapi belum juga puas kubisikkan rindu yang mampir, Dia kembali menjejalkan sakit yang sama pada hatiku yang sedang bahagia.



Aku dipaksa bungkam dari tawaku yang lepas...



Aku dipaksa surut dari senyumku yang murah...



Aku disudutkan oleh belati pada pilihan yang keji..



Ingin sekali rasanya kukepakkan lagi sayap patah ini, terbang lagi walau tak sempurna, tapi belajar tertatih ternyata lebih baik...

Untuk meninggalkannya...

Untuk melupakannya...



Dan kupilih untuk tersenyum dan bertahan untuk tertawa lebih lama..



Aku pernah mencintai hidupku..

Aku pernah mencintai masa depan kami...

Aku pernah mencintainya...mencintai laki-laki milik Tuhan..

Kepada Tuhan aku memohon ijin...agar dapat terus menangkup rasa ini, tanpa perlu menyentuhnya...



Dear End...



Aku ingin mengatakan kepadanya, aku tak akan pernah melupakan musim yang pernah Dia hadirkan disini.



Bisikkan saja padaku End..tentang ruangan itu, ruangan terdalam tempat palung segala makna bermuara.

Senantiasakah ia terang menderang...???

Lantunkan di labirin jiwaku, tentang mahkota yang selalu bertahta, karena katanya..akulah ratunya..



End...



Katakan saja padaku tak akan ada kegelapan lagi yang mampu menyekat ruang cinta bila ia tengah bersinar kembali..

Ceritakan semuanya End..

Lewat satu bahasa....bahasa bintang-bintang...





Dedicated to cinta, jiwa, hati, nadi, darah, nafas, hidup dan mati suriku


4 September 2010 pukul 18:07

No comments:

Post a Comment